Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran-Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memahami kembali eksistensi pendidikan nasional, dalam hubungan ini perguruan Taman Siswa. Sebagai bagian integral kebudayaan nasional, pendidikan nasional mesti dipahami dalam kaitannya dengan semangat kebangsaan, dengan mekanisme sistem sosiokultural secara keseluruhan. Dua indikator yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1) sulitnya memperoleh pendidikan sebagai akibat kebijakan pemerintah penjajahan, dan (2) semangat para pemuda untuk memajukan bangsa sebagai akibat kemajuan zaman, khususnya sebagai manifestasi pengalaman-pengalaman yang diperoleh di luar negeri.



Pendidikan dan pengajaran, khususnya bagi negara-negara yang terjajah,dianggap sebagai kebutuhan pokok untuk membebaskan diri dari kekuasaan kolonialisme. Tugas ini jelas merupakan tugas yang sangatberat, dengan alasan (1) telah terjadinya involusi mentalitas dalam diri bangsa Indonesia sebagai akibat penjajahan yang berkepanjangan, (2) kuantitas, heterogenitas, dan penyebaran populasi yang mesti diberikan pendidikan, (3) kesulitan dalam melaksanakan program pendidikan sebagai akibat kondisi-kondisi geografis, etnis, dan keragaman adat kebiasaan, (4) keterbatasan fasilitas dalam berbagai aspeknya, terutama sarana-sarana sosial ekonomis, dan (5) adanya tekanan-tekanan pihak pemerintah kolonial. Empat alasan pertama merupakan faktor-faktor intemal, sedangkan alasan yang terakhir . termasuk faktor ekstemal, yang dengan sendirinya secara resmi telah teratasi tanggal 17 Agustus 1945.

Tut Wuri Handayani dianggap sebagai semboyan, moto, bahkan jiwa dan roh dalam mengembangkan pendidikan modem. Berbeda dengan pendidikan Barat, yang seolah-olah memaksa agar anak didik memiliki kadar intelektualitas yang tinggi, Taman Siswa mendidik dengan cara membimbing dan mengarahkan dari belakang, sambi! memberikan petunjuk-petunjuk yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan eara tersebut maka anak didik akan berkembang sesuai dengan bakat dan lingkungannya.

Apabila pada masa penjajahan keterbelakangan pendidikan dan pengajaran diakibatkan oleh politik kolomal, maka pada masa sesudah kemerdekaan faktor-faktornya sekaligus terkandung dalam: 1) pemerintah republik, dan 2) bangsa Indonesia itu sendiri. Sejak kemerdekaan diproklamasikan hingga sekarang, bidang pendidikan belum pernah memperoleh perhatian yang memadai, baik dari segi pembiayaan maupun dorongan dan semangat itu sendiri. Pemerintah sangat lemah dalam menopang sarana dan prasarana, dan sangat lambat dalam mengantisipasi berbagai kemajuan. Alasarmya karena pemerintah diperhadapkan pada berbagai masalah yang harns dipecahkan terIebih dahulu, seperti politik dan ekonomi. Karena itu, masalah-masalah yang berkaitan dengan kultural, termasuk pendidikan, menj adi masalah sekunder. Hal-hal yang berkaitan dengan bangsa Indonesia dengan sendirinya merupakan masalah yang lebih besar sekaligus lebih serius. Pertama, jumlah penduduk yang cukup besar dan tersebar di pelosokpelosok tanah air, sangat sulit untuk dijangkau oleh sistem informasi modern, sehingga tidak mungkin untuk memberikan kesadaran yang memadai mengenai perlunya pendidikan dan pengajaran. Kedua, sebagai blmgsa yang sangat lama berada di bawah pemerintah kolonial, juga sangat sulit untuk memberikan kesadaran bahwa pendidikan dan pengajaran itu penting. Ketiga, kurangnya sarana dan prasarana informasi, khususnya media massa dan bukubuku bacaan, jelas juga mempersulit untuk memberikan kesadaran tersebut.

Refleksi

Sebelum mengenal pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, saya mempercayai bahwa tindakan-tindakan tegas serta menghukum  siswa, itu bisa merubah perilakunya dan membuatnya jera. Namun ternyata, perubahan yang terjadi itu cuma didasari oleh rasa takut dan sifatnya hanya sementara, bukan atas kesadaran dari dalam dirinya. Saya belum sepenuhnya mengerti dan faham, akan makna keberadaan dan tingkah laku anak, sehingga sering kesal ketika ada anak yang lamban dalam pelajaran saya.

Setelah mengenal dan belajar pemikiran-pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah, adalah bahwa saya harus mengajar dan mendidik kepada anak murid saya dengan lebih sabar dan ikhlas lillahi ta’ala, karena mereka masing-masing unik dan berbeda, dan tidak memerlukan hukuman yang sifatnya itu tidak mendidik, memberikan contoh teladan yang baik agar mereka bisa melihat dan menirunya, mengajarkan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran yang bisa mereka ingat dalam long therm memory nya

Saya mencoba menerapkan pemikiran-pemikiran dari Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-hukuman yang berat, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan mengadakan tes diagnostik, memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio, atau pembelajaran yang berbasis permainan (game based learning).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran-Pemikiran Ki Hadjar Dewantara"

Post a Comment

Saya tidak online 24 Jam dan hanya sendiri mengurus blog ini, mohon maaf bila komentar anda tidak di balas, Mohon gunakan kata-kata yang sopan dalam memberikan komentar .Komentar SPAM, SARA dan sejenisnya tidak akan di tampilkan.